Shirley Ackehurst 74 tahun tidak dapat mendengar ketika masih remaja, kemudian mendapatkanya kembali setelah melakukan implan koklea di usianya yang ke 44, dia sekarang senang bisa mendengarkan keluarganya kembali, dan suara favoritnya adalah rintik hujan di atap rumah. Ketika aku berjalan di kebun rumahku, aku bisa mendengar bunyi dari kakak tua hitam ekor kuning saat mereka memakan kacang hakea.
Aku masih ingat di saat aku tak bisa mendengarkanya sama sekali, bahkan tak bisa mendengar suara apapun. Aku hidup di dunia yang sunyi dan terisolasi setelah aku kehilangan kemampuan mendengarku ketika aku terkena penyakit gondok di usiaku yang baru sebelas tahun. Kejadian itu terus memburuk hingga di usiaku yang ke 36 tahun, dan tiba dimana aku benar-benar kehilangan kedua pendengaranku.
Bahkan dengan alat bantu dengar sekalipun, aku tak mampu mendengar suara suami dan anakku, dan pada akhirnya interaksi sosial kami menjadi sangat terbatas, penyakit ini benar-benar sudah mengubah hidupku sepenuhnya. Aku dulu adalah anak kecil yang tumbuh dengan ceria dan sangat percaya diri di pertanian gandum dan peternakan domba, di dekat Elmore, Victoria.
Aku menyukai suara-suara di peternakan kami, tapi yang paling favorit adalah bunyi gemercik rintik hujan yang jatuh di atap baja, sementara aku tetap merasa nyaman di kamar tidur dibalik selimut. Akan tetapi, ketulian ini melemahkan rasa kepercayaan diriku, dan aku menjadi remaja yang pemalu, berjuang untuk bisa mempertahankan aktivitas sosial dengan teman-teman dan mengikuti pelajaran disekolah hanya dengan membaca gerak bibir.
Sejauh yang saya ingat, aku ingin menjadi suster selepas lulus dari sekolah, di saat yang sama hatiku hancur setelah mendengar kalau aku terlalu tuli untuk masuk dunia medis, dan beasiswaku akhirnya dibatalkan. Aku merasa hidup di dunia yang terisolasi dan terpisah dari orang – orang luar, ini membuatku kacau dan depresi. Setelah aku dan Graham menikah kami tinggal di Geelong, dimana dua dari anak kami lahir disana dan setelahnya kami pindah ke Adelaide dimana anak ketiga kami dilahirkan.
Sebagai ibu yang memang tuli, hidupku sangat sulit dan kelelahan di sore hari, mulai dari energi yang dibutuhkan untuk membaca gerak bibir secara terus menerus dan harus memeriksa anak-anak setiap hari karena aku tak bisa mendengar mereka. Lalu,di umurku yang ke 44, keajaiban terjadi, akhirnya aku mendapat implan koklea di telinga kananku. Sulit bagiku untuk menggambarkan betapa bahagianya aku yang pada akhirnya bisa mendengarkan suami dan anak anakku bercengkrama, dan tentu saja nantinya ada cucuku yang akan hadir dalam waktu dekat. Dan sekali lagi aku juga bisa mendengar suara favoritku, yaitu rintik hujan di atap rumah.
Implan koklea telah membuat hidupku utuh kembali, telah memberiku rasa percaya diri, dan harga diri, implan ini telah membawaku kembali ke dunia pendengaran, dan sekali lagi telah memberiku kesempatan kedua untuk berkomunikasi lagi dengan mudah, terutama dengan orang-orang tersayang ku. Aku tahu kalau aku sangat beruntung , dan sangat bersyukur sekali menjadi bagian dari penemuan hebat ini.
Sebenarnya ada hal yang membuatku sedih, yaitu melihat para orang tua yang merasa tak pantas mendapatkan implan koklea, padahal ada seseorang yang mendapat implant di usia 80 an dan itu membawa perubahan besar di hidupnya. Terkadang kita tak sadar bahwa gangguan pendengaran bisa mengancam kita kapan saja, kita tak sadar berapa banyak suara yang tak terdengar lagi, dan implan koklea sudah membantu banyak orang yang kehilangan pendengaran.