Inovasi sangat dibutuhkan dimasa Pandemi seperti saat ini untuk memastikan komunikasi yang jelas dalam dunia kedokteran
Pandemi COVID-19 benar-benar telah mengubah wajah dunia kedokteran : dokter, perawat, staf lain, dan pasien semuanya menggunakan masker. Penggunaan masker yang menutupi wajah dan gangguan pendengaran bisa jadi menghambat kita untuk berkomunikasi sehari-hari. Apakah menggunakan masker bagi orang dengan gangguan pendengaran bisa berbahaya?
Masker merupakan tantangan bagi semua orang, tetapi ini sangat sulit bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran. Di sini kami fokus bagaimana masker bisa menghambat komunikasi ucapan untuk pasien dengan gangguan pendengaran dalam perawatan medis. Masker juga menciptakan tantangan besar bagi anggota komunitas Tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat, dan dokter yang menangani pasien dengan gangguan pendengaran.
Komunikasi antara pasien dan petugas medis adalah inti dari perawatan medis. Bahkan sebelum masker ada di mana-mana, orang dengan gangguan pendengaran berjuang untuk berkomunikasi.
Komunikasi lisan selalu menjadi tantangan khusus di unit gawat darurat dan bangsal rumah sakit karena tingkat kebisingan yang tinggi. Tantangan tersebut tetap ada, tetapi masker membawa hambatan baru seperti
- Menghalangi gerakan bibir dan ekspresi wajah (yang sangat penting jika pendengarannya marginal)
- Masker meredam bagian suara berfrekuensi tinggi yang penting untuk berbicara.
Bagaimana kita dapat menjaga komunikasi saat menggunakan masker dengan pasien dengan gangguan pendengaran ?
- Di era pandemi seperti ini? Langkah pertama adalah kesadaran — kita dapat menyadari bahwa banyak pasien akan kesulitan memahami ucapan yang disampaikan jika menggunakan . Kita harus sangat waspada terhadap kemungkinan gangguan pendengaran pada pasien yang lebih tua, karena lebih dari dua pertiga orang di atas 70 mengalami gangguan pendengaran yang signifikan secara klinis.
- langkah-langkah dasar seringkali dapat meningkatkan komunikasi. Hadapi pasien, cari perhatian mereka sebelum berbicara, bicaralah dengan pelan, naikkan volume suara kita sedikit, dan selalu periksa pemahamannya. Non – respons atau respons yang tidak tepat mungkin merupakan tanda gangguan pendengaran.
Masker wajah dengan jendela bening dapat memungkinkan akses ke ekspresi wajah dan gerakan bibir, tetapi hanya sedikit produsen yang membuatnya dan persediaan yang menipis. Selain itu, hambatan peraturan untuk penggunaan masker bening tetap ada dalam pengaturan medis. Menghilangkan hambatan-hambatan ini merupakan prioritas yang harus didahulukan. Di seluruh dunia, orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran, termasuk mereka yang berada di komunitas Tunarungu, membuat masker dengan mika bening mereka sendiri. Ini akan menjadi area untuk inovasi dan aktivisme produk di masa depan.
Konsultasi virtual adalah solusi potensial untuk beberapa pasien
Tetapi banyak orang dengan gangguan pendengaran, terutama mereka yang mengalami gangguan pendengaran yang lebih parah, memerlukan teks untuk memahami ucapan yang disampaikan melalui platform online.
Dokter dan staf lain dengan gangguan pendengaran menghadapi tantangan serupa dengan yang disebutkan di sini. Pasien dan petugas layanan kesehatan yang merupakan anggota komunitas Tunarungu dan menggunakan bahasa isyarat menghadapi kendala terbesar dengan menggunakan masker, karena ekspresi wajah dan gerakan bibir merupakan komponen fundamental dari bahasa isyarat.
Dalam pengaturan perawatan kesehatan, layanan interpretasi bahasa isyarat jarak jauh (video) harus disediakan, atau pasien dan juru bahasa harus diizinkan untuk melepas masker. Masalah-masalah ini harus segera diselesaikan karena hasil perawatan kesehatan yang baik bergantung dengan komunikasi yang jelas, terutama selama pandemi seperti ini.
Masker wajah kemungkinan besar akan menjadi fitur perawatan pasien untuk waktu yang lama. Pada awal Juni, Organisasi Kesehatan Dunia mencatat bahwa menggunakan masker bagi orang dengan gangguan pendengaran bisa berbahaya? menimbulkan potensi bahaya dan risiko yang “harus dipertimbangkan dengan cermat” saat merawat pasien yang mengalami gangguan pendengaran, termasuk komunitas tunarungu. ” Masker dalam perawatan kesehatan akan menjadi area aktivisme dan praktik inovasi kedepannya. Menggunakan strategi sederhana dapat membantu memaksimalkan komunikasi dengan orang yang mengalami gangguan pendengaran.