Pendengaran yang normal pada anak berkisar antara 0-15 dBHL dengan minimal adanya gangguan pendengaran adalah 15 – 25 dB HL. Sedangkan gangguan pendengaran ringan (Mild Hearing Loss) berkisar antara 24-40 dB meskipun hal ini tidaklah terlalu berbeda dengan batasan sebelumnya. 1/1000 anak yang baru lahir teridentifikasi menderita gangguan pendengaran (HL) meskipun beberapa lolos tes screening. Sedangkan 3/1000 anak sekolah juga menderita gangguan pendengaran ini.
Mengapa Bayi Baru Lahir Lolos Dari Pemeriksaan Gangguan Pendengaran Ringan?
Banyak rumah sakit yang menggunakan tes otoacoustic emission pada screening pertama kali. Bayi yang gagal melalui tes ini disarankan untuk tes ABR untuk mengetahui permasalahan gangguan pendengaran. Jika bayi tersebut lolos, maka tidak ada tindak lanjut.
Penelitian oleh Johnson, et al 2005 membahas tindak lanjut anak yang gagal tes screen OAE dan lolos tes screen ABR. Hasil penelitian tersebut dikatakan 4% dari 86,634 bayi memenuhi kriteria tersebut. 21 bayi mengalami gangguan pendengaran permanen dan 77% mengalami gangguan pendengaran ringan dengan 57% mengalami salah satu gangguan pendengaran.
Bagaimana Dengan School Screening?
Sayangnya, kebanyakan screen yang dilakukan di sekolah juga melewatkan anak dengan gangguan pendengaran ringan. Test biasanya dilakukan pada 25 dB HL dan terkadang pada tingkatkan yang lebih tinggi atau kondisi ruangan yang gaduh sehingga anak dengan gangguan pendengaran ringan akan lulus. Padahal tes semacam ini seharusnya dilakukan di ruangan tenang dengan 10 dB HL.
Bagaimana Dengan Gangguan Pendengaran Pada Salah Satu Telinga?
Anak muda dengan permasalahan gangguan telinga salah satu saja dikatakan mengalami permasalahan penentuan suara, mendengarkan di ruangan bising, merasa frustasi dan malu ketika tidak faham. Bess dan Tharpe 1986 melakukan suatu penelitian yang melibatkan anak usia 6-18 tahun. Lebih dari setengah anak tidak terdeteksi hingga usia 5-6 tahun dengan 20% terdeteksi saat usia 7-8 tahun sedangkan beberapa baru terdeteksi pada usia sebelum 12 tahun.
Bess dan Tharpe menemukan jika 38% telah gagal mendapatkan nilai bagus. penelitian yang dilakukan oleh Matkin menemukan bahwa 25% mengalami kegagalan yang sama dengan tingkat statistic yang mencengangkan. Perihal ini sangat mengenaskan ketika anak terus dinaikkan tanpa melihat kinerjanya.
Bess dan Tharpe mengatakan sebanyak 62% anak dengan kesulitan akademis mengalami masalah gangguan telinga sebelah kanan yang terhubung dengan kemampuan berbahasa di otak. Menurut Teacher Behavioral Ratings, anak dengan gangguan pendengaran pada satu bagian akan mengalami kesulitan atas bersosialisasi, acuh, tidak perhatian dan suka menyerang.