Gangguan Posttraumatic Stress (PTSD)

Ternyata tinnitus berkaitan dengan Gangguan Posttraumatic Stress atau PTSD (Posttraumatic Stress Disorder). Tinnitus menjadi salah satu dampak dari PTSD. Hal tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal audiologi. Para audiolog memiliki pandangan di ranah praktik sehari – hari dan tidak memerlukan penjelasan substansial tentang patologi pendengaran. Untuk itu pembahasan akan lebih difokuskan pada efek psikologis dan kesamaan perawatan untuk tinnitus dan PTSD.
Jurnal tersebut memberikan rincian kesamaan terhadap kriteria diagnostik untuk gejala peningkatan gairah dibandingkan kriteria diagnostik pada tinnitus. Misalnya sulit tertidur, mudah tersinggung, temperamen, sulit memusatkan perhatian, dan memberikan respon yang berlebihan. Gejala – gejala gangguan tidur dan kesulitan memuastkan perhatian diterjemahkan dalam screening tinnitus. Gejala – gejala yang tumpang tindih menunjukkan bahwa kehadiran diagnosis tersebut secara tidak langsung dapat memperburuk kondisi penderitanya. Dari total 300 pasien yang diteliti, sebanyak 34 persen mengalami kedua kondisi tersebut yakni tinnitus dan gangguan posttraumatic stress PTSD.
Penulis jurnal tersebut menyarankan bahwa uji klinis dan screening kesehatan mental untuk seseorang yang mengalami trauma berkaitan dengan gangguan pendengaran perlu melibatkan kriteria screening untuk tinnitus dan PTSD. Mereka menyarankan bahwa pemeriksaan audiolog harus memasukkan sensitivitas pada pasien yang didiagnosis mengalami PTSD maupun tidak. Karena respon yang mengejutkan dapat meningkat dengan nada tinggi yang tiba – tiba ketika melakukan tes pendengaran.
Tidak sedikit pasien melaporkan bahwa keheningan yang bergema di dalam kotak suara menjadi pemicu kegelisahan dan menimbulkan banyak karakteristik menyimpang dari aturan screening pendengaran.

Hubungan Tinnitus dan Gangguan Posttraumatic Stress

Satu kata yang digunakan di seluruh jurnal tersebut yang tergolong cukup sensitive untuk diterjemahkan ke populasi adalah penggunaan kata keluhan atau sejenisnya yang berulang – ulang. Dunia medis memang menggunakan banyak kata – kata seperti itu untuk merujuk pada masalah medis dan menjaga jarak antara pasien dengan orang – orang yang berprofesi di dunia medis.
Dengan memahami etiologi komorbiditas, para pekerja sosial dapat menilai kondisi seseorang secara lebih baik dan memberikan kesempatan yang lebih baik pula untuk hasil perawatan yang memuaskan dan lebih kondusif terhadap kepentingan klien. Menyadari bahwa perawatan tersebut dapat memberikan manfaat untuk kondisi keduanya. Klien dapat menemukan pengobatan dengan penggunaan waktu yang efektif dan teknik yang digunakan oleh pekerja sosial yang sudah terlatih. Perawatan yang diduga dapat bekerja untuk kedua kondisi tersebut adalah terapi perilaku kognitif dan antidepresan.
Sekedar informasi, PTSD dialami oleh sekitar 10 persen dari populasi manusia di bumi dan memiliki prevalensi sebanding dengan tinnitus. Kesamaan antara bagaimana tinnitus dan PTSD mempengaruhi perilaku pendengaran meliputi respon mengejutkan yang berlebih dan penurunan toleransi kenyaringan suara. Tingkat kekerasan suara pada tinnitus kadang diperparah dengan suara yang memicu kecemasan berkaitan dengan PTSD. Dengan kata lain, beberapa mekanisme neural yang berkaitan dengan PTSD dan tinnitus memiliki pengaruh terhadap perilaku pendengaran. Jadi pada audiolog harus menyadari bahwa pasien yang mengalami PTSD dan tinnitus memerlukan pemeriksaan protocol yang ditujukan untuk respon – respon tersebut.

Leave a Reply