Gangguan komunikasi pada anak biasanya terjadi saat anak menginjak usia 2-3 tahun. Orangtua terkadang merasa resah saat mendengar anak tetangga yang usianya sama dengan anak Anda, sudah pandai bicara. Sementara balita Anda hanya mampu mengucapkan satu dua patah kata saja. Anda mungkin khawatir anak mengalami keterlambatan bicara. Padahal kecepatan balita menguasai keterampilan komunikasi, salah satunya kemampuan bicara, tidak sama antara satu anak dengan anak lain.
Gangguan Komunikasi Pada Anak
Apa sajakah gangguan komunikasi yang biasa dialami balita usia 2-3 tahun?
Masalah Pendengaran
Pendengaran adalah salah satu alat untuk menerima stimulasi bunyi. Jika anak bermasalah dengan pendengarannya, maka ia akan sulit merespon terhadap bunyi, suara bahkan perintah. Misalnya, si kecil tidak merespon dengan menengok mencari sumber bunyi atau membalikkan tubuh pada bunyi keras, menarik dan menakutkan dengan intensitas 90-100 desibel, seperti saat pintu dibanting.
Yang bisa Anda lakukan :
- Rutin mengajak si kecil untuk komunikasi atau bicara dan mengurangi penggunaan gadget yang lebih banyak melatih visiual dam motorik kasar.
- Jika si kecil tetap tidak merespon maka lakukan pemeriksaan pendengaran sedini mungkin dengan alat khusus di dokter THT.
Tidak memahami instruksi
Anak Anda tidak merespon saat Anda memintanya mengambil atau meletakkan sesuatu. Selain masalah dengan pendengaran, bisa jadi anak mengalami masalah psikologis. Yaitu merasa tidak terhubung atau terabaikan sehingga ia tak peduli dengan instruksi yang Anda berikan.
Yang bisa Anda lakukan :
- Benahi pola asuh Anda dengan lebih mempererat ikatan dengan si kecil. Coba kembali memberi perintah sederhana seperti, “Tolong ambil koran” atau “Tolong ambil sepatu.”
- Beri hadiah atau pujian pada si kecil saat ia mau melakukan instruksi yang Anda berikan. Ini akan melatih si kecil untuk belajar memahami kosakata yang ada dalam instruksi.
Jumlah kosakata terbatas
Dia hanya mampu mengatakan Bunda, Ayah, Mba…Misalnya ketika Anda hendak pergi, ia hanya mampu mengatakan, “Bunda…” tanpa embel-embel kata lain. Ini terjadi karena si kecil tidak distimulasi dan dikenalkan pada kata-kata baru secara maksimal. Bisa jadi karena ia lebih sering dibiarkan sendiri.
Yang bisa Anda lakukan :
- Kenalkan pada kosakata yang beragam dan jangan hanya kosaka sehari-hari seperti : jalan, ayo, duduk. Tapi ajarkan juga pemahaman kosakata dan juga fungsinya seperti anggota tubuh, macam-macam bentuk, nama-nama benda, nama buah-buahan atau nama binatang.
- Putar lagu dan ajak ia menyanyi menirukan kata-kata tersebut. Setelah cukup hapal, stimulasi ia dengan bermain meneruskan kalimat selanjutnya. Misalnya, “Naik-naik ke puncak…” Beri ia tepuk tangan dan pujian jika mengatakan dengan benar dan bantu ia mengatakannya jika ia mengalami kesulitan.
Bicara tidak jelas
Ia mengatakan sesuatu dengan artikulasi tidak jelas. Misalnya saat ia mengucapkan Bunda…Si kecil hanya mengatakan da…da. Ini bisa karena tali di bawah lidah terlalu ke depan sehingga lidah sulit diangkat, bibir cenderung menganga dan kesulitan menggerakkan lidah atau lidah kaku akibat terlalu lama ngedot.
Yang bisa Anda lakukan :
- Latih menjulur lidah ke atas, ke bawah dan ke samping di pagi, siang dan sore selama 15 menit
- Jangan biarkan si kecil mengedot terlalu lama yang berakibat menekan lidah ke bawah sehingga menyebabkan lidah kaku.
Lambat merangkai kata
Saat ia ingin minum, ia hanya mengucapkan “Minum, minum,” bukan “Aku ingin minum…”. Ia belum memahami unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek dan keterangan.
Yang bisa Anda lakukan :
- Ajarkan masing-masing unsur kalimat saat berkomunikasi dengan si kecil dan bantu untuk merangkainya secara benar. Misalnya dengan : “Adik mau apa?
- Ajarkan menjawab dengan kalimat lengkap : Aku mau minum.