Perbedaan Anak dengan Gangguan Pendengaran dan Tunarungu
Tahukah Anda bahwa sekitar 90% anak yang terlahir dengan gangguan pendengaran memiliki orang tua dengan pendengaran normal? Hal ini menunjukkan bahwa situasi ini merupakan hal yang umum terjadi. Walaupun begitu orang tua tetap saja akan merasakan dunia berputar terbalik saat mendengar anak mereka didiagnosis memiliki gangguan pendengaran, terlebih lagi jika mereka tidak pernah memiliki kerabat dengan gangguan pendengaran juga. Yang harus Anda ketahui ialah beda antara kesulitan mendengar atau gangguan pendengaran dan tunarungu.
Terlepas dari apakah orang tua sudah menduga akan diagnosis tersebut atau tidak, pertanyaan-pertanyaan dari lingkungan sekitarlah yang membuat orang tua merasa kewalahan, pertanyaan-pertanyaan seperti “Anak Anda benar-benar tuli atau hanya kesulitan mendengar? Gangguan pendengaran anak Anda separah apa? Anak Anda bisa sekolah di sekolah umum atau harus pergi ke sekolah khusus anak-anak tunarungu? Apa anak Anda akan memakai alat bantu dengar? Apa Anda harus mempelajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan anak Anda?”
Seiring berjalannya waktu, orang tua dengan pendengaran normal akan menyadari bahwa ternyata komunitas orang-orang dengan gangguan pendengaran dan tunarungu memiliki cakupan anggota yang sangat luas yaitu individu-individu yang mengalami ketulian atau kesulitan mendengar, penerjemah, guru, sekolah, asosiasi, dan para profesional yang bergerak di bidang ini. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi serta menentukan identitas anak di dalam masyarakat seperti bagaimana anak bisa mengalami ketulian atau kesulitan mendengar? Sampai dimana tingkat gangguan pendengaran si anak? Apakah ada anggota keluarga lain yang mengalami gangguan pendengaran juga? Bagaimana anak dengan keluarga saling berkomunikasi, apakah dengan bahasa lisan atau bahasa isyarat?
Terminologi
Istilah “tuli” umumnya ditujukan kepada kondisi anak dengan satu atau kedua telinganya tidak bisa merespon suara sama sekali. Gangguan pendengaran ini sangat parah karena telinganya hanya bisa berfungsi sedikit atau tidak berfungsi sama sekali. Kesulitan mendengar berarti anak masih bisa menerima suara walaupun hanya samar terdengar. Alat bantu dengar bisa membantu anak dengan kondisi ini saat belajar bicara. Dari sudut pandang audiologi, gangguan pendengaran tipe apapun akan mempengaruhi kemampuan anak dalam berbicara, berbahasa, dan belajar.
Faktor budaya
Definisi dari sudut pandang budaya tidak berdasarkan seberapa banyak suara yang bisa didengar anak, tapi pada bagaimana anak mengidentifikasikan dirinya sendiri di dalam masyarakat. Faktor budaya dilihat dari bahasa yang digunakan bersama, filosofi, dan riwayat pendidikan. Biasanya anak-anak yang memiliki orang tua yang berpendengaran normal akan mengidentifikasikan dirinya dengan orang normal, sedangkan anak yang memiliki orang tua dengan gangguan pendengaran cenderung lebih nyaman akan kondisinya dan pada akhirnya akan menganggap diri mereka sendiri sebagai tunarungu.
Tunarungu, tuli, gangguan pendengaran, sulit mendengar, dsb, semua itu cuma label yang tidak bisa menggambarkan pribadi anak secara keseluruhan. Jangan biarkan label-label itu membatasi potensi anak dan menghambat perkembangan hidup anak.
Daripada memusingkan label, orang tua sebaiknya lebih berfokus ke target yang ingin dicapai bagi kepentingan anak. Target yang bisa mendukung si anak agar bisa lebih percaya diri saat belajar dan beraktivitas. Contohnya: Apa target komunikasi yang ingin saya terapkan ke anak saya? Pendidikan seperti apa yang terbaik untuk anak saya? Tantangan apa yang harus saya lalui demi meningkatkan kemampuan anak saya dalam bicara dan berbahasa? Teknologi apa yang terbaik untuk menunjang aktivitas anak saya sehari-hari?